Rabu, 27 November 2013

Cerita Di Balik Payung




Payung, ternyata bukan cuma berfungsi sebagai pelindung saat hujan. Tapi di masa lampau, payung merupakan lambang status sosial seseorang. Berasal dari kata Yunani “umbra” yang artinya bayangan, payung menjadi benda istimewa karena fungsinya yang selalu bergeser, seiring berjalannya waktu. Kita simak ceritanya, yuk!


Sekitar 3500 tahun yang lalu, payung mulai dikenal dalam bentuk yang sederhana di Tiongkok, Cina. Payung, pada masa itu, selain digunakan sebagai pelindung panas dan hujan, juga digunakan sebagai atribut upacara kenegaraan. Selain di Cina, penggunaan payung juga ditemukan di daerah lain, seperti Mesir, Syria, dan Yunani, yang dibuktikan lewat artefak dan karya seni kuno.

Seiring berjalannya waktu dan kencangnya arus pertukaran budaya dengan negara asing, penggunaan payung menjelajah wilayah Eropa. Uniknya, di daerah ini, payung juga digunakan atribut fashion, selain sebagai pelindung. Para raja Perancis dan Inggris, menggunakan payung dalam pesta dan upacara penikahan. Peran payung pun naik pangkat, yaitu untuk melindungi raja dan jenazah yang akan dimakamkan.

Masih di Eropa, payung dianggap sebagai aksesori yang hanya cocok untuk kaum perempuan. Beruntung, seorang pengembara dan penulis pria bernama Jonas Hanway, mempergunakan payung di depan masyarakat umum Inggris. Awalnya, ia sempat diolok-olok oleh masyarakat setempat karena tindakannya ini. Namun, makin banyak pria yang terpengaruh kebiasaannya memakai payung dan payung pun semakin populer. Bahkan, para laki-laki menggunakan sebutan “hanway” yang berasal dari nama belakang Jonas, untuk menyebut payung. Hingga di tahun 1830, toko payung pertama, James Smith and Sons, berdiri di kota Inggris. Toko ini bisa ditemui di 53 New Oxford Street, London dan masih berdiri hingga hari ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar